KEDIRI, JP Radar Kediri- Layaknya desa pertanian, Desa Dawuhankidul sangat bergantung pada kondisi pengairan yang baik. Karena itulah pemerintah desa setempat terus mengoptimalkan jaringan irigasi. Dengan membangun saluran air setiap tahunnya.
Keberhasilan petani selalu diukur dari hasil panen yang diperoleh di akhir musim tanam. Dan, salah satu pendorong terjadinya panen yang maksimal adalah kebutuhan air yang terpenuhi. Alasan inilah yang menjadikan Pemdes Dawuhankidul getol membangun saluran irigasi. Sebagai cara untuk membantu warganya yang mayoritas petani meningkatkan produktivitas.
"Kebetulan kondisi jalan sebagai akses ke persawahan sudah baik. Karena itu kami kali ini fokus pada pembuatan saluran irigasi," kata Kepala Desa Dawuhankidul Budianto.
Dalam proyek ini, Pemdes Dawuhankidul tak membuat saluran irigasi mulai dari nol. Melainkan meningkatkan kualitasnya dengan membuat saluran permanen. Sebelumnya hanya ada saluran irigasi dari galian tanah yang rentan rusak ataupun air yang meresap ke dalam tanah.
Menurut kades tiga periode ini, anggaran pembuatan saluran irigasi ini berasal dari beberapa sumber. Yaitu dari dana bantuan wakil rakyat serta bantuan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Anggaran dari bantuan DPRD nilainya Rp 67 juta. Sedangkan bantuan dari BBWS untuk pembuatan saluran irigasi sepanjang 370 meter.
“Karena saluran ini dari Sungai Brantas dan juga dari Sungai Serinjing,” kata Budianto menyebutkan alasan pihak BBWS memberikan bantuan.
Pemdes Peduli, Kesenian Jaranan pun Lestari
Warga Dawuhan Kidul. Kecamatan Papar juga menggemari kesenian jaranan. Bahkan, di desa ini, sudah ada grup seni jaranan yang telah berdiri sejak puluhan tahun silam.
"Kelompok seni jaranan ini mulai ada sejak 1986," terang Kades Budianto.
Saluran irigasi yang dibangun itu tersebar di tiga dusun. Pengerjaannya bertahap setiap tahun. Tahun ini berada di Dusun Kregan.
Budianto kemudian bercerita, ketika terpilih pertama kalinya, warga desa memintanya memfasilitasi adanya grup jaranan. Akhirnya, dibentuklah kelompok kesenian tersebut. Namanya adalah Turonggo Jati. Pemberi nama itu berasal dari sesepuh desa.
Dalam perkembangannya, kelompok kesenian ini tak hanya lestari, namun juga berkembang. Kini, Desa Dawuhankidul memiliki dua kelompok.
“Yang baru namanya Jaranan Putra Sambi, baru berjalan satu tahun yang lalu,” imbuhnya.
Sebagai orang nomor satu di Dawuhankidul, Budiono memberikan dukungan penuh. Bahkan, pernah memberikan bantuan dari uang pribadinya untuk membeli kostum pentas.
Dukungan juga diberikan oleh Pemdes Dawuhan, melalui bantuan pembelian perangkat gamelan yang digunakan untuk musik pengiring. Kini kelompok jaranan di desa ini sudah memiliki satu set lengkap gamelan.
"Dulu hanya ada peralatan seadanya," kata pria 65 tahun ini.
Selain pengadaan perangkat gamelan, pemdes juga pernah mendatangkan pelatih khusus. Sang pelatih dari Kota Kediri tersebut memberi tambahan ilmu pada para pemain.
Selain itu, Pemdes Dawuhan juga memberi ruang bagi kelompok iini menunjukkan kemampuannya. Setiap ada event mereka tampil. Seperti saat perayaan Suroan maupun peringatan Hari Kemerdekaan RI. Saat seperti itu dua kelompok yang ada tampil menjadi satu dengan nama kesenian jaranan dari Desa Dawuhankidul.
“Setiap ada kegiatan desa, kelompok jaranan ini akan tampil,” terang Budianto. (ara/fud)